Barangkali rasanya jatuh cinta terbentuk kali pertama melihat dunia, melihat dua orang tersenyum manis sembari membelai rambut tipis kita. Barangkali cinta bisa terbentuk ketika ayah kita membelikan mainan sepulang kerja, yang kemudian kita sambut dengan senang. Sampai-sampai mainan tersebut selalu kita bawa, meski sedang tidur. Barangkali cinta juga terbentuk ketika ibu memasak masakan favorit, menyuapi sesendok demi sesendok, hingga asyik bercerita tentang segala hal yang kita pertanyakan.
Barangkali cinta terbentuk di taman bermain dekat perumahan kita. Kali pertama melihat seseorang yang menarik hati, hingga mempersilakannya mengambil antrean pertama permainan ayunan. Kala itu, pancaran sinar mentari pagi yang menembus daun-daun rindang di atas pohon menyinari wajahnya, memperlihatkan senyum termanis, dan eloknya binar matanya.
Ketika remaja, celengan ayam sesak dengan kumpulan uang ribuan dan beberapa koin receh. Uang-uang tabungan itu, sengaja kita sisihkan untuk membelikan orang yang kita sukai sebuah hadiah. Berharap dengan bingkisan kecil tersebut membuat cerah hari-harinya yang kelabu di perayaan ulang tahunnya.
Ketika berseragam putih abu-abu, rupa dari cinta mungkin semakin jelas. Setidaknya, ketika kita diam-diam naksir seseorang. Jantung seolah berdetak semakin cepat saat berpapasan di koridor sekolah, atau tidak sengaja bersebelahan ketika makan siang di kantin yang terlalu sempit untuk menampung ratusan siswa. Pada masa itu, sosoknya juga menjadi alasan untuk bangun pagi dan berangkat sekolah. Paling tidak itu alasan lain selain harus menyontek tugas sekolah teman.
Jatuh cinta memang bikin senang. Penelitian pun mengamini hal itu. Menurut mereka jatuh cinta membuat senyawa neurokimia membanjiri otak dengan perasaan senang. Uniknya, tekanan darah dalam tubuh, hingga stres diyakini berkurang. Mungkin sebabnya kita selalu bersemangat hingga tersenyum lebar ketika perasaan itu muncul.
Namun, kata orang, cinta itu bikin logika sempit. Sehingga wajar, banyak orang yang 'buta' dibuatnya. Misalnya saja, kita rela melakukan apa pun demi membuat sosok yang kita sukai senang, walau sejatinya merugikan kita. Bahkan sampai rela menempuh jarak puluhan kilometer demi bisa menatap wajahnya.
Hal yang paling menyakitkan ketika jatuh cinta ialah rindu. Paham kan rasanya ketika wajahnya perlahan terpahat di dasar hati kita? Meski menciptakan lengkungan dan bentuk-bantuk indah, tetapi proses memahatnya menimbulkan luka dan sedikit sesak. Menariknya, robekan luka-luka itu bak dijahit ketika pesan WhatsApp nya muncul di bar notif handphone kita, atau ketika suaranya terhubung melalui panggilan telepon.
Ketika jatuh cinta, kita hanya dihadapkan dengan dua pilihan. Mengungkapkan atau memendam. Ketika memilih pilihan pertama, respons darinya hanya ada dua, "menerima" atau "menolak". Lalu, ketika kita memilih untuk memendam, yang kita hadapi hanya "merekalan".
Ketika diam-diam jatuh cinta, kita siap merelakan sosoknya menyukai orang lain, mengenggam tangan orang lain, serta memberikan atau menjadi sandaran orang lain. Ketika diam-diam jatuh cinta, kita juga harus siap ketika dia dengan semangat menceritakan rancangan masa depannya dengan orang lain kepada kita. Meski terkesan jahat, tidak bisa dipungkiri jika rasanya senang ketika dia patah hati.
Barangkali keteguhan jatuh cinta ialah ketika diam-diam kita suarakan doa saat sujud untuknya. Bukan untuk memilikinya seutuhnya, melainkan mendoakan hal-hal baik kepadanya. Mendoakan agar dia selalu senantiasa diberi perlindungan dan kebahagiaan. Mendoakan agar siapa pun yang menjadi pasangannya bisa mencintai dirinya, melebihi cinta kita kepadanya.
Barangkali perasaan cinta dimiliki oleh semua orang di dunia. Paling tidak jika kamu percaya cinta.